Beranda | Artikel
Mengenal Nama Allah Al-Jabbar
20 jam lalu

Di antara nama Allah yang agung adalah Al-Jabbar, yang biasa diterjemahkan sebagai Yang Mahakuasa. Nama ini bukan sekadar menunjukkan kekuatan untuk memaksa atau menundukkan makhluk, namun juga mencakup makna kelembutan, pemulihan, dan keagungan. Perenungan terhadap nama ini akan menghadirkan rasa tunduk kepada keperkasaan Allah sekaligus harapan besar pada kasih sayang-Nya yang memperbaiki setiap kekurangan dan luka dalam jiwa hamba.

Tulisan ini akan dibagi menjadi tiga bagian utama:

1) Dalil yang menyebutkan nama Al-Jabbār dalam Al-Qur’an,

2) Penjelasan makna dan kandungan nama Al-Jabbār menurut bahasa dan tafsir para ulama,

3) Konsekuensi iman terhadap nama Al-Jabbār dalam kehidupan seorang hamba.

Semoga pembahasan ini menjadi sebab bertambahnya keyakinan, kerendahan hati, dan keteguhan dalam beribadah kepada Allah Ta‘ala, satu-satunya Dzat yang benar-benar berhak menyandang nama ini.

Dalil Nama Allah “Al-Jabbar”

Nama Al-Jabbar disebutkan dalam Al-Qur’an pada ayat berikut,

الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ

“Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan.” (QS. Al-Hasyr: 23)

Ayat ini menunjukkan dengan jelas bahwasanya di antara nama dari nama-nama Allah yang indah (al-asmā` al-ḥusnā) adalah Al-Jabbar. [1]

Kandungan makna nama Allah “Al-Jabbar”

Untuk mengetahui kandungan makna dari nama Allah tersebut dengan menyeluruh, maka perlu kita ketahui terlebih dahulu makna kata “Al-Jabbar” secara bahasa, kemudian dalam konteksnya sebagai nama Allah Ta’ala.

Makna bahasa dari “Al-Jabbar”

Al-Jabbar ( الْجَبَّارُ ) merupakan bentuk ṣīghah mubālaghah (bentuk intensif). [2]

Tentang makna jiim – baa – raa ( جبر ), Ibnu Faris mengatakan,

(جبر) الْجِيمُ وَالْبَاءُ وَالرَّاءُ أَصْلٌ وَاحِدٌ، وَهُوَ جِنْسٌ مِنَ الْعَظَمَةِ وَالْعُلُوِّ وَالِاسْتِقَامَةِ. فَالْجَبَّارُ: الَّذِي طَالَ وَفَاتَ الْيَدَ، يُقَالُ فَرَسٌ جَبَّارٌ، وَنَخْلَةٌ جَبَّارَةٌ

“Kata jiim – baa – raa berasal dari satu akar yang sama, yang menunjukkan makna dasar tentang keagungan, ketinggian, dan keteguhan. Maka, al-Jabbār adalah yang sangat tinggi dan jauh tak terjangkau. Dalam bahasa Arab, dikatakan: kuda jabbār (yang tinggi dan gagah), dan pohon kurma jabbārah (yang menjulang tinggi).” [3]

Orang Arab juga mengatakan,

وَأَجْبَرْتُهُ (وجَبَرْتُهُ) عَلَى كَذَا

Maknanya adalah “aku memaksanya atas sesuatu tersebut dengan tekanan dan kekuatan.” [4]

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan makna al-jabr secara bahasa, yang mencakup tiga akar utama:

1) Memberi kecukupan kepada orang miskin, atau menyambung tulang yang patah — ini berkaitan dengan makna perbaikan dan kasih sayang.

2) Paksaan dan kekuasaan — paling sering digunakan dalam bentuk kata kerja afʿala (seperti ajbartuhu = aku memaksanya).

3) Ketinggian dan kemuliaan, seperti ungkapan: nakhla jabbārah (pohon kurma yang sangat tinggi menjulang). [5]

Makna “Al-Jabbar” dalam konteks Allah

Ibnu Katsir rahimahullah ketika mentafsirkan surah al-Hasyr ayat 23, beliau membawakan ucapan Qotadah dan Ibnu Jarir rahimahumallaah. Beliau mengatakan,

وَقَالَ قَتَادَةُ: الْجَبَّارُ: الَّذِي جَبَر خَلْقَهُ عَلَى مَا يَشَاءُ

وَقَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: الْجَبَّارُ: المصلحُ أمورَ خَلْقِهِ، الْمُتَصَرِّفُ فِيهِمْ بِمَا فِيهِ صَلَاحُهُمْ

“Qatadah berkata, ‘Al-Jabbār adalah Dzat yang memaksa makhluk-Nya untuk menjalankan apa yang Dia kehendaki.’

Ibnu Jarir berkata, ‘Al-Jabbār adalah Dzat yang memperbaiki urusan makhluk-Nya dan mengatur mereka dengan segala sesuatu yang mengandung kemaslahatan bagi mereka.’” [6]

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Si’diy mengatakan,

الجبار هو بمعنى العلي الأعلى، وبمعنى القهار، وبمعنى الرؤوف الجابر للقلوب المنكسرة، وللضعيف العاجز، ولمن لاذ به ولجأ إليه

Al-Jabbar” bermakna Yang Mahatinggi, dan juga bermakna Yang Maha Perkasa (Al-Qahhār), dan juga bermakna Maha Pengasih yang menyembuhkan hati yang remuk, membantu yang lemah dan tak berdaya, serta menjadi tempat berlindung bagi siapa saja yang bersandar dan berlindung kepada-Nya.” [7]

Kesimpulannya, Asy-Syaikh Muhammad An-Najdiy hafidzahullah mengumpulkan semua makna tersebut.  Sehingga, makna Al-Jabbār mencakup beberapa sisi:

Pertama: Al-Jabbar adalah Dzat Yang Maha Tinggi di atas makhluk-Nya, dan ini berasal dari bentuk kata mubalaghah (fa‘‘āl) yang menunjukkan makna sangat agung dan tinggi.

Kedua: Al-Jabbar adalah Dzat Yang memperbaiki segala urusan, sebagaimana dalam kata jabara al-kasr (memperbaiki tulang yang patah) atau jabara al-faqīr (membantu orang miskin hingga tercukupi).

Ketiga: Al-Jabbar adalah Dzat Yang memaksa makhluk-Nya sesuai dengan kehendak-Nya, baik berupa perintah maupun larangan. Sebagaimana firman Allah Ta‘ala kepada Nabi-Nya,

وَمَا أَنتَ عَلَيْهِم بِجَبَّارٍ

Dan engkau bukanlah seorang yang dapat memaksa mereka.” (QS. Qāf: 45)

Maksudnya, Engkau tidak dibebani tugas untuk memaksa mereka menerima petunjuk.

Dari penjelasan ini, maka makna pertama (Al-Jabbar: Yang Maha Tinggi) termasuk sifat dzatiyah. Sedangkan makna kedua dan ketiga (Al-Jabbar: Yang Memperbaiki dan Yang Memaksa) termasuk sifat perbuatan (fi‘liyyah). [8]

Baca juga: Mengenal Nama Allah “Al-Muhaimin”

Konsekuensi dari nama Allah “Al-Jabbar” bagi hamba

Penetapan nama “Al-Jabbar” bagi Allah Ta’ala memiliki banyak konsekunsi, baik dari sisi sifat dan pengkhabaran terhadap Allah, maupun dari sisi hamba. Berikut ini beberapa konsekunsinya dari sisi hamba:

Wajib beriman bahwa Al-Jabbar merupakan nama Allah

Seorang hamba wajib meyakini bahwa Al-Jabbar adalah salah satu nama Allah Ta‘ala, yang menunjukkan bahwsanya Dia yang menguasai dan mengalahkan seluruh hamba-Nya, yang semua makhluk tunduk kepada-Nya. Dia juga Dzat yang menyembuhkan hati yang remuk dan mencukupi orang yang miskin. [9]

Memperbanyak berdoa dengan nama ini

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa berdoa di antara dua sujud dengan mengucapkan,

ربِّ اغفِر لي وارحَمني واجبُرني وارزُقني وارفَعني

Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku, perbaikilah (tutupilah kekuranganku), angkatlah derajatku, dan berilah aku rezeki.” (HR. Ibnu Majah no. 898 dan dishahihkan oleh Al-Albani)

Dalam doa tersebut, beliau menyebut kata “wajburnī” (perbaikilah aku), yang merupakan seruan dengan nama Al-Jabbar. Ibnul Atsir menjelaskan bahwa maknanya adalah, “Cukupkanlah aku.”

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga mengagungkan Rabb-nya dengan nama ini dalam salat, khususnya saat rukuk dan sujud. Dalam hadis dari ‘Auf bin Mālik al-Asyja‘i radhiyallahu ‘anhu, beliau menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ biasa berdoa dalam rukuk,

سُبْحانَ ذِي الجَبَرُوتِ والمَلَكُوت؛ والكِبْرياء والعَظَمة

“Maha Suci Dzat yang memiliki al-Jabarūt (keperkasaan mutlak), al-Malakūt (kerajaan), al-Kibriyā’ (keagungan), dan al-‘Aẓamah (kebesaran).” (HR. Abu Dawud no. 873 dan An-Nasa’i 2: 223; hasan)

Dan beliau juga mengucapkan doa yang sama dalam sujud. [10]

Waspada dari sifat sombong dan menzalimi manusia

Al-Jabarūt adalah hak Allah semata. Siapa pun dari makhluk yang berlaku sombong dan berlaku sewenang-wenang akan terkena murka Allah dan layak mendapatkan ancaman-Nya. Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā mengancam orang-orang yang demikian dengan azab yang sangat berat, berupa penutupan hati dan dimasukkan ke dalam neraka pada hari kiamat.

Firman Allah Ta‘ala,

كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ

“Demikianlah Allah mengunci hati setiap orang yang sombong dan keras kepala.” (QS. Ghāfir: 35)

Dan firman-Nya,

وَاسْتَفْتَحُوا وَخَابَ كُلُّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ مِّن وَرَابِهِ جَهَنَّمُ وَيُسْقَى مِن مَّاءٍ صديدٍ يَتَجَرَّعُهُ، وَلَا يَكَادُ يُسِيغُهُ وَيَأْتِيهِ الْمَوْتُ مِن كُلِّ مَكَانٍ وَمَا هُوَ بِمَيِّتٍ وَمِن وَرَابِهِ عَذَابٌ غَلِيظٌ

“Dan mereka memohon kemenangan, dan binasalah setiap orang yang sombong lagi keras kepala. Di belakangnya ada neraka Jahanam dan dia diberi minuman dari air nanah, yang diminumnya dengan susah payah, hampir-hampir tidak bisa ditelan, dan datang kematian kepadanya dari segala arah, tetapi dia tidak mati-mati juga. Dan di hadapannya ada azab yang berat.” (QS. Ibrāhīm: 15–17)

Imam Ahmad dan At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يخرج عنق من النار يوم القيامة له عينان يبصر بهما، وأذنان يسمع بهما، ولسان ينطق به، فيقول: إني وكلت بثلاثة : بكل جبار عنيد، وبكل من ادعى مع الله إلها آخر، والمصورين

“Akan keluar leher dari neraka pada hari kiamat, yang memiliki dua mata yang dapat melihat, dua telinga yang dapat mendengar, dan lisan yang bisa berbicara. Ia berkata, ‘Aku ditugaskan untuk menangkap tiga golongan: setiap orang yang sombong lagi keras kepala, setiap orang yang menyekutukan Allah dengan ilah (sesembahan) lain, dan para pembuat gambar (makhluk bernyawa).’” (HR. Ahmad, 2: 336 dan Tirmidzi no. 2574, dishahihkan oleh Al-Albani)

Kita memohon perlindungan kepada Allah dari api neraka, dari kemurkaan Al-Jabbar, serta dari akhlak yang buruk, hawa nafsu yang menyesatkan, dan penyakit hati yang membinasakan. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar doa. [11]

Baca juga: Mengenal Nama Allah “Al-Mutakabbir”

***

Rumdin PPIA Sragen, 24 Zulhijah 1446

Penulis: Prasetyo Abu Ka’ab

Artikel Muslim.or.id

 

Referensi utama:

Al-Badr, Abdur Razzaq. 2015. Fiqhul Asma’il Husna. Cet. ke-1. Mesir: Dar ‘Alamiyah.

An-Najdi, Muhammad Al-Hamud. An-Nahjul Asma fi Syarhil Asma’il Husna. Kuwait: Maktabah Imam Dzahabi.

Al-Misy‘ad, Mubarak Abdullah. At-Ta‘liq al-Asna ‘ala Manzhumat Asma’ Allah al-Husna li Ibni ‘Utsaimin wa Mukhtashariha. Cetakan Pertama. Dammam: Dar Ibn al-Jauzi, 1444.

 

Catatan kaki:

[1] An-Nahj al-Asmā, hal. 101

[2] Al-Bayan fi Tasrif Mufradat al-Qur’an ‘ala Hamisy al-Mushaf al-Sharif, hal. 548.

[3] Muʿjam Maqāyīs al-Lughah, hal. 182.

[4] Lihat: al-Muṣbaḥ al-Munīr, hal. 95–96.

[5] Dinukil dari al-Taʿlīq al-Asnā, hal. 138.

[6] Tafsir Ibnu Katsir, 8: 80.

[7] Taysīr Al-Karīm Ar-Raḥmān, hal. 946.

[8] An-Nahj Al-Asma, hal. 102. Lihat juga Fiqhul Asma’il Husna, hal. 280 dan At-Ta‘liq Al-Asnā, hal. 139-141.

[9] Tafsir As-Sa‘di, hal. 854.

[10] An-Nahj Al-Asma, hal. 105.

[11] Fiqh Al-Asmā’ Al-Ḥusnā, hal. 281. Lihat juga At-Ta‘liq Al-Asnā, hal. 141.


Artikel asli: https://muslim.or.id/106648-mengenal-nama-allah-al-jabbar.html